Blog

Kesiapan Infrastruktur Digital Kunci Berkembangnya Ekonomi Digital Indonesia

Sel 05 April 2022, telkomtelstra

Perubahan signifikan yang terjadi di Indonesia, tentunya menciptakan peluang dan tantangan bisnis. Perusahaan harus mencermati perubahan tersebut dan mengevaluasi strategi pasar terutama dengan adanya percepatan transformasi digital dimana salah satunya didorong oleh pandemi Covid-19 yang masih berlangsung sejak dua tahun lalu.

Adanya percepatan transformasi digital dan proses bisnis yang berkelanjutan juga menjadi pertimbangan utama bagi seluruh segmen industri terutama di era digital seperti sekarang ini. Di sisi lain, akselerasi transformasi digital juga mendorong perkembangan ekonomi digital.

Kondisi ini didukung penuh oleh potensi dalam negeri untuk mengembangkan ekosistem digital karena peningkatan jumlah pengguna internet yang mencapai 2 juta dalam setahun akibat pandemi. Beberapa aktivitas masyarakat juga telah bergeser ke ruang digital. Merujuk pada laporan terbaru We Are Social, jumlah pengguna internet di Indonesia hingga Januari 2022 mencapai 204,7 juta orang.

Potensi pengembangan ekosistem digital juga terlihat dari kontribusi sektor teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebesar 4,25 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Di sisi lain, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika terus mengakselerasi transformasi digital dalam upaya mendorong perkembangan ekosistem ekonomi digital di Indonesia.

Perkembangan transformasi digital dan tren pertumbuhan ekonomi digital yang terjadi selama pandemi Covid-19 diyakini akan terus berlanjut dan menjadi transformasi menuju ekonomi baru tahun 2022. Namun di samping added value yang diberikan bagi ekonomi Indonesia, teknologi digital juga bergantung pada kepercayaan masyarakat dan konsumen dari sisi keamanan. Apalagi isu keamanan digital, seperti kebocoran data masih menjadi ancaman di tengah akselerasi transformasi digital yang terjadi.

Karena itu, pertumbuhan ekonomi digital yang aman menjadi sangat krusial bagi Indonesia agar dapat melewati fase recovery ini. Di sinilah, keberadaan digital trust provider menjadi solusi sebagai jaminan atas kepercayaan digital kepada konsumen dan ekonomi digital.

Dalam acara yang diselenggarakan oleh Frost & Sullivan bertajuk “Transformation 2022: What is in It for Indonesia? ”, Agus F Abdillah, Director Sales and Operation Digiserve by Telkom Indonesia memaparkan bahwa dampak signifikan dari pandemi Covid-19 adalah percepatan transformasi digital di Indonesia.

Ada empat elemen yang menjadi kunci keberhasilan proses transformasi yakni digital infrastructure, digital governance, digital economy dan digital society. Dengan jumlah pengguna internet Indonesia yang diperkirakan mencapai 204,7 juta orang diyakini merupakan kunci pertumbuhan ekonomi digital.

Ekonomi digital Indonesia diprediksi tumbuh dari Rp 1,005 triliun pada tahun 2021 menjadi Rp 4,531 triliun pada tahun 2030. Sejumlah kegiatan digital yang tumbuh dan berkembang paling cepat antara lain e-Commerce, fin-tech, health tech, dan agri-tech.

Sedangkan prospek sektor transaksi digital Indonesia akan terus mengalami pertumbuhan yang kuat. Dari US$47 miliar di tahun 2020, naik menjadi US$70 di tahun 2021 dan akan mencapai US$146 miliar di tahun 2025.

Sementara laporan SIRCLO 2021 memperlihatkan statistik e-commerce Indonesia tahun 2021 mengalami peningkatan pendapatan sebanyak 24,4% untuk bisnis e-commerce dibandingkan tahun sebelumnya. Di sisi lain peningkatan pengguna belanja online juga terjadi dari 17,5% sebelum pandemi menjadi 25,5% pada tahun 2021.

Berdasarkan survei the East Venture-Digital Competitiveness Index (EV-DCI) tahun 2022, sebesar 90,1% perusahaan digital telah melakukan konfirmasi bahwa transformasi digital telah memberikan kontribusi signifikan pada lebih banyak terciptanya inovasi dan lapangan kerja baru.

Transformasi digital memberikan kontribusi signifikan pada sejumlah sektor yang mendorong munculnya inovasi di berbagai sektor usaha (90,1%), peluang kerja kreatif (90,1%), meningkatkan potensi UMKM (88,7%), mempercepat transformasi digital (87,3%), mengatasi berbagai masalah dan kebutuhan publik (77,5%), berkontribusi pada PDB Indonesia (38%) dan lainnya (1,4%).

Pada akhirnya, pertumbuhan yang kuat pada tahun 2021 didorong oleh pembatasan pandemi, meskipun layanan perjalanan (travel) dan mobilitas masih menghadapi tantangan. Indonesia diperkirakan akan mengalami pertumbuhan lebih dari 20% hingga tahun 2025, setelah Vietnam dan Filipina di Asia Tenggara meskipun Indonesia menikmati basis yang jauh lebih tinggi.

Ada dua sektor, yakni travel dan wisata, yang menjadi prioritas untuk dihidupkan kembali. Peluang pertumbuhan lainnya terkait Digital transformation spending, Digital marketing, Digital finance and payment sertaSupply chain and logistics.

Sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) periode 2017-2021 telah menjadi salah satu pendorong utama pemulihan ekonomi Indonesia akibat pandemi. TIK juga menjadi salah satu sektor yang tumbuh paling cepat (CAGR 9,8%) dalam hal PDB riil dibandingkan dengan sektor lainnya (CAGR 5,5%).

Di sisi lain, sektor TIK juga telah berkembang untuk melayani permintaan dan sebagian besar perusahaan digital di Indonesia telah menempatkan investasi di bidang TIK sebagai prioritas utama. Berdasarkan laporan EV-DCI tahun 2021, ada tiga faktor utama untuk meningkatkan daya saing digital. Mulai dari peningkatan akses ke infrastruktur digital, peningkatan pengeluaran untuk TIK hingga peningkatan kapasitas pemerintah daerah.

Teknologi digital menghadirkan peluang baru bagi Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif serta akses yang lebih terdistribusi ke infrastruktur digital. Sedangkan peluang investasi infrastruktur digital regional untuk mempercepat kesiapan digital, antara lain digital connectivity, digital platform (cloud and application) serta cyber security.

Peluang pertumbuhan teratas lainnya di Indonesia, yakni teknologi (cyber security, x-tech, digital marketing), food and beverages, real estate (perumahan, kantor, gudang penyimpanan), otomotif, infrastruktur, dirgantara (aerospace), pertahanan dan keamanan serta pariwisata (tourism).

Namun ada sejumlah risiko utama yang bisa menghambat proses transformasi digital, yakni krisis geopolitik yang berkepanjangan dan berdampak terhadap inflasi. Kemudian ada persaingan dari ekonomi regional khususnya di negara-negara ASEAN, varian berikutnya, eskalasi perang dagang, keterlambatan/hambatan dalam reformasi dan rencana pembangunan infrastruktur serta bencana alam lainnya.

Masalah lain yang menjadi tantangan dalam pengembangan infrastruktur digital adalah berkaitan dengan infrastruktur, yakni Digital connectivity, Digital platform (cloud and application, cyber security), dan konektivitas. Dimana saat ini sedang mengalami peralihan koneksi dari teks pro band ke mobile broadband melalui jaringan 5G dan juga LTE, sehingga fasilitas ini akan mengubah layanan yang menggunakan akses tersebut.

Saat ini ada banyak jaringan area luas yang terhubung dengan perangkat lunak (SD-WAN) dan terdapat juga banyak perusahaan yang mulai menggunakan platform digital seperti cloud. Di Indonesia sendiri, mulai bermunculan penyedia cloud skala besar seperti Google, Amazon, AWS dan Tencent yang datang untuk  mendirikan pusat data di Indonesia yang semuanya menggunakan aplikasi canggih untuk mendukung transformasi digital.

Selain itu keamanan siber juga perlu dikembangkan karena ini penting untuk keamanan transaksi terutama dalam pembayaran dan juga di e-commerce. Terjaminnya keamanan siber ini akan menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap industri digital. Digital trust memiliki peran penting bagi pertumbuhan industri digital sekaligus menjadi kunci utama bagi pertumbuhan ekonomi digital. Jika pelaku industri digital mampu menjamin keamanan data pengguna, maka akan semakin besar dampak positif yang ditimbulkan untuk keberlangsungan industri.

Catatan: Tulisan ini dimuat saat acara Webinar Frost & Sullivan “Transformation 2022: What is in It for Indonesia? ” yang diselenggarakan pada Selasa, 29 Maret 2022 saat Bapak Agusfa masih menjadi Direktur Sales & Operasional Digiserve. Saat ini, terhitung mulai 1 April 2022, Bapak Agus F Abdillah tidak lagi menjabat sebagai Dewan Direksi Digiserve.