Blog

Konsisten Kampanyekan Kesetaraan Gender di Tempat Kerja, Telkomtelstra Raih Dua Penghargaan Womens Empowerment Principles Awards 2020 dari PBB

Kam 03 Desember 2020, telkomtelstra
First Winner of the UN Women 2020 Asia-Pacific WEPs Awards for Indonesia in the "Gender-Inclusive Workplace" category

Telkomtelstra meraih dua penghargaan dalam Indonesia Awards Ceremony of the UN Women 2020 Asia Pacific WEPs Awards karena secara aktif menjalankan program dan mengkampanyekan kesetaraan gender di tempat kerja. Telkomtelstra terpilih menjadi pemenang pertama Indonesia WEPs Award kategori ‘The Gender-Inclusive Workplace’ dan pemenang ketiga kategori ‘Community & Industry Engagement’.

Untuk kategori The Gender-Inclusive Workplace, Telkomtelstra terpilih menjadi pemenang penghargaan pertama dengan inisiatif workplace integration to support female employee. “Penghargaan ini diberikan kepada perusahaan atas pencapaian yang ditunjukkan oleh perusahaan dalam mengadopsi tindakan yang inklusif gender termasuk pendekatan inovatif, dukungan pengaturan kerja yang fleksibel, mengurangi kesenjangan upah berdasarkan gender, dan mendorong pengembangan karier perempuan,” kata Josephine Setiono, Executive Director Indonesia Global Compact Network (IGCN) dalam acara Indonesia Awards Ceremony of the UN Women 2020 Asia Pacific WEPs Awards.

CEO Telkomtelstra, Erik Meijer, sangat mengapresiasi dua penghargaan di WEPs Award. “Sangat membanggakan bisa menjadi pemenang, tapi pekerjaan belum selesai. Di Indonesia, bahkan di perusahaan kami sendiri, kesetaraan gender belum sampai 50%-50% untuk pembagian jumlah pekerja laki-laki dan perempuan, sehingga kita harus terus konsisten mendorong inisiatif ini,” ucapnya saat menerima penghargaan tersebut.

Menurut Erik, selama ini Telkomtelstra bekerjasama dengan Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE) dan UN Women untuk meningkatkan inisiatif kesetaraan gender di lingkungan kerja. “Terima kasih pada IBCWE dan UN Women yang bekerja sama untuk memberikan input dan feedback. Tadinya kami merasa pencapaian sebelumnya sudah bagus, tapi setelah melalui beberapa audit dan review berdasarkan praktik terbaik yang ada, kami mendapatkan banyak masukan untuk lebih baik lagi. Kami juga sadar agar tidak cepat puas diri dan selalu mendengar ide serta input baru agar semakin baik,” ujarnya.

Brilliant Connected Women
Brilliant Connected Women

Erik menerangkan Telkomtelstra lahir enam tahun yang lalu, dan dalam waktu 2 tahun pertama, langsung menciptakan beberapa inisiatif untuk membuat gender equality work place. “Salah satunya kami membentuk brilliant connected women, yaitu komunitas karyawan perempuan dan laki-laki untuk berdiskusi tentang semua hal terkait kesetaraan gender,” jelasnya.

Pada 2016, lanjut dia, Telkomtelstra juga menandatangani pledge of parity dan semua karyawan ikut menandatangani. Di dalamnya ada beberapa action plan yang kabar baiknya sudah terimplementasi semua. “Tantangan kesetaraan gender terutama di sektor teknologi antara lain masih relatif sedikitnya kandidat karyawan perempuan yang dari lulusan universitas di bidang STEM (sains, technology, engineering, dan mathematics),” jelasnya.

Meski di tengah tantangan tersebut, lanjut Erik, Telkomtelstra dengan menjalankan prinsip kesetaraan gender berhasil meningkatkan partisipasi perempuan. “Hasilnya sudah mulai terasa, kita berhasil meningkatkan partisipasi perempuan sebesar 10%. Pada 2016, kita hanya punya 16% jumlah pekerja perempuan di bidang STEM technology, dan sekarang sudah di angka 26%,” jelasnya.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani yang menjadi key speaker memberi apresiasi bagi para pemimpin bisnis maupun perusahaan yang telah mendukung inisiatif kesetaraan gender. “Saya mengapresiasi dan merasa senang jika pemimpin bisnis diberi penghargaan untuk terus mendorong kesetaraan gender. Ini penting secara moral, dan baik untuk bisnis, sekaligus mendukung upaya pemerintah memajukan perekonomian nasional,” jelasnya.

Menurut dia, dilihat dari statistik, Indonesia masih memiliki sejumlah pekerjaan rumah yang harus dibenahi. Jumlah pemimpin perempuan dalam bisnis telah stagnan dalam dua dekade terakhir. Sejak 1990 sampai 2010 khususnya, World Economic Forum mengestimasikan bahwa dengan kemajuan saat ini, jika tidak dipercepat, maka akan dibutuhkan 200 tahun untuk menghapuskan ketimpangan gender dalam partisipasi angkatan kerja dan juga kesempatan yang setara.

Apalagi dengan adanya krisis Covid-19 yang ikut menekan perekonomian global dan nasional. “Dalam laporan awal ADB women 2020, 54% dari 75 juta pekerja di restoran dan akomodasi adalah perempuan. Mereka adalah pihak yang paling menderita akibat Covid-19. Perempuan kehilangan 50% dari jam kerjanya, sementara laki-laki hanya kehilangan 35% jam kerjanya. Jadi di sini terjadi dampak asimetris dari Covid-19. Hal ini terjadi khususnya di sektor formal di Asia. Pandemi benar-benar menghantam keras masyarakat, terutama bagi pekerja perempuan yang menderita dampak lebih berat. Kondisi ini makin meningkatkan ketimpangan gender, dan terjadi penurunan partisipasi angkatan kerja perempuan,” ucap Menkeu.

Menyadari hal itu, Menkeu menekankan bahwa isu kesetaraan gender dan inklusi sangat penting. “Ini baik untuk ekonomi. Jika kita tidak mau menyelesaikan kesenjangan upah gender, maka dunia akan kehilangan US$ 23 triliun, ini lebih dari 12 kali perekonomian Indonesia. Di Asia pasifik, angkanya US$ 4,5 triliun yang akan hilang jika kita tidak menerapkan kesetaraan gender. Ini angka sangat besar,” ucapnya. Valerie Julliand, UN Indonesia Resident Coordinator, mengatakan UN Women Indonesia, mengapresiasi komitmen yang tinggi dari para pelaku bisnis di Indonesia, untuk mendorong dan mendukung pemberdayaan ekonomi perempuan. “PBB menilai setiap orang bisa dan harus memperjuangkan kesetaraan. Para pemimpin bisnis dan pimpinan perusahaan berada di posisi yang tepat, bersama dengan pemerintah, untuk memberdayakan perempuan. Saat ini peluang bagi sektor swasta untuk membangun kesetaraan gender dan pembangunan berkelanjutan, khususnya dalam konteks pandemi,” ujarnya.(*)