Blog

Optimalkan Talent Perempuan, Gender Equality Jadi Bagian Strategi Bisnis Organisasi Modern

Jum 05 Maret 2021, Ernest Hutagalung
Ernest Vincent Hutagalung, CFO telkomtelstra

Inisiatif kesetaraan gender (gender equality) makin mendapat perhatian khusus berbagai organisasi secara global. Semakin hari semakin banyak perusahaan yang sadar dengan prioritas kesetaraan gender untuk mendorong inklusivitas, sekaligus meningkatkan produktivitas, profitabilitas, serta menjamin kesinambungan talent.

Salah satu manfaat riil dari gender equality yang telah banyak dialami organisasi adalah tersedianya “talent pool” untuk mendukung perkembangan dan mengoptimalkan kinerja dari organisasi atau perusahaan. People adalah resources yang paling dibutuhkan oleh semua organisasi. Kehilangan talent yang berpotensi di posisi dan divisi strategis sungguh merupakan malapetaka bagi organisasi, apalagi bilamana hal tersebut terkait dengan isu gender.

Tak heran, berbagai organisasi secara global memulai tranformasi dan inisiatif perubahan serta merumuskan roadmap kesinambungan bisnis, inovasi, dan produktivitas dengan mengadopsi kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Kekuatan perubahan itu secara cepat menjadi pergerakan global yang diprakarsai UN Women dan UN Global Compact. Hasilnya berupa 7 prinsip kerangka kerja (framework principles) untuk pemberdayaan perempuan.

Tujuh prinsip itu bagi pelaku usaha berisi panduan dalam pemberdayaan perempuan di tempat kerja, tempat kegiatan usaha, dan komunitas. Ketujuh prinsip itu adalah 1) Kepemimpinan yang mendukung kesetaraan gender; 2) Keseteraaan peluang, inklusi, dan nondiskriminasi; 3) Kesehatan, keamanan, dan bebas dari kekerasan; 4) Pendidikan dan pelatihan; 5) Pengembangan perusahaan, rantai pasokan dan pemasaran; 6) Kepemimpinan dan pelibatan komunitas; 7) Transparansi, pengukuran, dan pelaporan.

Patut disadari, di berbagai sektor bisnis termasuk informasi teknologi, partisipasi pegawai perempuan masih relatif kecil. Bahkan, terbatasnya talent pool perempuan menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi industri IT. Riset Microsoft Asia tahun 2017 mengungkapkan, di seluruh dunia untuk STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) industri, hanya ada 20% talent perempuan, atau 1 banding 5 antara perempuan dan pria di industri ini.

Di Indonesia, angka partisipasi perempuan di industri STEM lebih kecil lagi. Menurut riset BPS 2017, hanya ada 37,4% perempuan yang bekerja di sektor formal. Dari angka itu, hanya 30% yang bekerja di industri STEM.

Terbatasnya talent pool perempuan khusunya dibidang IT dialami juga oleh Telkomtelstra, perusahaan joint venture antara Telkom Indonesia dan Telstra dari Australia.

Di Telkomtelstra, perusahaan mulai mengembangkan inisiatif kesetaraan gender yakni diversity and inclusion sebagai bagian dari strategi bisnis semenjak perusahaan berdiri. Telkomtelstra menilai dampak dari inisiatif tersebut akan sangat membantu perusahaan dalam hal pengembangan talent, performa dan kinerja dari perusahaan dan tentunya akan berdampak positif terhadap image/ reputasi dari perusahaan.

Sejak 2016, Telkomtelstra sudah merilis program pledge for parity yang tujuannya adalah mendukung kesetaraan gender di tempat kerja. Ada 5 target besar yang dicanangkan saat itu seperti: memastikan adanya (sebanyak banyaknya) kandidat perempuan yang diikutsertakan dalam setiap proses seleksi untuk mengsisi posisi senior yang lowong, menaikkan jumlah talenta perempuan untuk direkrut di area area yang jumlah perempuan masih sedikit, menyiapkan fasilitas untuk ibu menyusui di kantor, menyediakan opsi “work flexibility option” dan memberikan kesempatan kepada ayah yang istrinya baru melahirkan untuk bekerja dari rumah selama 2 minggu. Dan pada akhir 2020, Telkomtelstra mampu menyelesaikan 4 dari 5 target besar yang ditetapkan. Satu target besar yang masih terus ditingkatkan terkait dengan area yang representasi pegawai perempuan masih sedikit, terutama pekerjaan yang berhubungan dengan IT yang bersifat teknikal.

Dengan usaha yang berkesinambungan dalam mengimplementasikan kesetaraan gender, hasilnya mulai terlihat. Secara keseluruhan, hingga akhir 2020 pegawai perempuan di Telkomtelstra telah meningkat menjadi 35%. Meski terjadi tren peningkatan, tantangan besar untuk meningkatkan talent perempuan di sejumlah area tertentu masih ada terutama di bidang teknikal seperti di bidang IT dan Product dan juga di level pimpinan. Di bidang teknikal/ teknologi, persentase pegawai perempuan baru 25% dari target 30%. Sementara di level pimpinan (leadership/ management), representasi perempuan masih 23% dari target yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu 30%.

Pengukuran dan Pelaporan

Prinsip ke-7 dari panduan dalam pemberdayaan perempuan di tempat kerja, tempat kegiatan usaha dan komunitas adalah mengenai Transparansi, Pengukuran dan pelaporan. Ada 5 tahapan dalam pengukuran dan pelaporan. Pertama, setting the context, ini akan menjadi landasan yang mendasari kenapa Diversity & Inclusion itu menjadi bagian penting dari strategi bisnis dari perusahaan. Kedua, mengumpulkan data dan fakta. Pengumpulan data dilakukan melalui data-data dari HR department yang berhubungan dengan partisipasi karyawan perempuan dalam proses recruitment, promosi, pelatihan, attrition rate, dll. Sumber data lainnya didapatkan melalui Survey internal perusahan seperti survey tahunan yaitu  “Employee Engagament survey” dan survey internal lainnya yang merupakan sarana untuk mendapatkan informasi yang sangat berharga terutama dari karyawan perempuan. Saluran informasi lainya yaitu melalui HR klinik, anonymous box, whistleblower channels yang ada. Dan saluran lainnya yang bisa digunakan untuk mendapatkan masukan seperti data dari IT, feedback form, dll. Tahap ketiga adalah pemilihan tools dan metodologi yang akan digunakan untuk mengolah dan menganalisa data-data tersebut untuk memperoleh insight. Tahap keempat, melaporkan hasil dari analisa (insight) tersebut secara berkala ke pimpinan perusahan dan kepada karyawan. Tahap ke-5, proses pengukuan dan pelaporan ini dilakukan secara konsisten, berkala dan berkesinambungan menjadi bagian dari “business as usual” dari perusahaan.

Sadar dengan pentingnya kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, Telkomtelstra juga berpartisipasi dalam Gender Equality Assessment, Result, and Strategy (GEARS) sebagai pilot project dengan bekerjasama dengan Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE). Dari GEARS, banyak temuan temuan yang didapatkan yang masih perlu dibenahi kedepannya. Temuan ini menjadi masukan berharga bagi perusahaan dalam merencanakan inisiaitif dan program kerja di tahun ini (2021) untuk menyelesaikan ataupun memberikan solusi terhadap termuan temuan tersebut. Berbagai temuan dari GEARS tersebut menjadi landasan utama dalam ‘diversity and inclusion’ di dalam annual operating plan 2021.

Temuan Menarik

Dengan menganalisa data data yang kami peroleh dari HR department, kami mendapatkan angka pegawai perempuan yang mengundurkan diri (attrition rate) dari perusahaan adalah sebesar 10%. Dari angka tersebut, 16% dari pegawai perempuan yang berhenti kerja (resign) adalah karena alasan keluarga, dan ternyata 75% pegawai perempuan yang resign dengan alasan keluarga tersebut adalah ibu muda yang baru saja melahirkan anak pertama mereka. Dan mereka harus merelakan karir karena kebutuhan untuk tinggal dirumah dalam mengurus dan membesarkan anak-anak. Tentunya temuan ini adalah masukan yang sangat berharga buat perusahaan. Perlu di cari inisiatif, program dan solusi yang dilaksanakan di perusahaan agar tidak kehilangan talent perempuan yang memiliki kemampuan dan potensi untuk dikembangkan menjadi pemimpin masa depan diperusahaan. Ini salah satu manfaat dari pengukuran dan pelaporan bilamana dilakukan dengan sungguh-sungguh oleh perusahaan.

Pengukuran dan pelaporan perlu dilakukan secara berkesinambungan, dan tentunya temuan penting perlu ditindak lanjuti dan adanya langkah nyata dari perusahaan untuk mencari solusi atas temuan tersebut. Dalam hal ini, Telkomtelstra membentuk tim yaitu “diversity and inclusion champion” untuk mengembangkan beberapa program dan action plans ditahun 2021 dalam upaya meningkatkan pemberdayaan perempuan di tempat kerja. Tahapan panjang dalam mendukung inisiatif kesetaraan gender memang membutuhkan kegigihan, komitmen dan kerja keras dari semua pihak terkait guna menghasilkan dampak yang optimal. Hal yang terpenting di organisasi adalah untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari top manajemen adalah hal yang mutlak dan sangat dibutuhkan untuk membawa perobahan dan hasil yang nyata di dalam organisasi. Dan terakhir, pengukuran serta pelaporan yang transparan dapat menjadi langkah awal untuk memulai perbaikan dalam hal pemberdayaan perempuan di tempat kerja, yang diharapkan dapat membantu perusahaaan dalam pembuatan strategi dan “action plan” yang akan membantu perusahaan menjadi “a gender inclusive workplace” kedepannya.(*)

Artikel ini ditulis oleh Ernest Hutagalung, CFO telkomtelstra